Kelompok
yang dibentuk pun merupakan kelompok heterogen seperti pada pembelajaran
kooperatif tipe Two Stay Two Stray yang bertujuan untuk memberikan
kesempatan pada siswa untuk saling membelajarkan (Peer Tutoring) dan
saling mendukung.
2.
Guru memberikan sub pokok bahasan pada tiap-tiap kelompok untuk dibahas
bersama-sama dengan anggota kelompoknya masing-masing.
3.
Siswa bekerjasama dalam kelompok beranggotakan empat orang.
Hal
ini bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk dapat terlibat
secara aktif dalam proses berpikir.
4.
Setelah selesai, dua orang dari masing-masing kelompok meninggalkan kelompoknya
untuk bertamu ke kelompok lain.
5.
Dua orang yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja dan
informasi mereka ke tamu mereka.
6.
Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka sendiri dan melaporkan temuan
mereka dari kelompok lain.
7.
Kelompok mencocokkan dan membahas hasil-hasil kerja mereka.
8.
Masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerja mereka.
Terdapat
beberapa kendala yang biasanya selalu muncul dalam penerapan metode
pembelajaran TS-TS ini berdasarkan pengalaman saya di lapangan, adalah sebagai
berikut:
Dan
hasilnya adalah metode pembelajaran ini bisa dijadikan sebagai alternatif
pembelajaran matematika di sekolah. Terutama untuk bahasan yang terdiri dari
beberapa sub pokok bahasan. Sehingga tujuan pembelajaran cepat tercapai, siswa
menjadi lebih mengerti dan membuat suasana menyenangkan dalam pembelajaran
matematika yang biasanya dianggap membosankan oleh siswa. TS-TS cocok untuk
meningkatkan komunikasi dan hubungan antar siswa di kelas.
Di era globalisasi saat ini menuntut adanya sumber daya
manusia yang berkualitas. Kualitas sumber daya manusia ini hanya dapat
diperoleh dari proses belajar yaitu melalui pendidikan. Pendidikan dewasa ini
bukan hanya untuk memenuhi target kurikulum semata, namun menuntut adanya
pemahaman kepada peserta didik. Pemahaman yang dimaksud bukanlah pemahaman
dalam arti sempit yaitu menghafal materi pelajaran, namun pemahaman dalam arti
luas yaitu lebih cenderung menekankan pada kegiatan proses pembelajaran yang
meliputi menemukan konsep, mencari dan lain sebagainya serta peserta didik
dituntut untuk dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Namun
sayangnya, praktek pembelajaran yang demikian masih belum diterapkan secara
keseluruhan, sehingga tujuan dan hasil pendidikan belum sesuai dari apa yang
diharapkan.
Pendidikan merupakan kegiatan yang universal dalam kehidupan manusia, dengan
pendidikan manusia berusaha mengembangkan potensi yang dimilikinya, mengubah
tingkah laku ke arah yang lebih baik. Pendidikan juga dapat mencetak manusia
menjadi sumber daya manusia yang handal dan terampil di bidangnya. Pendidikan
sebenarnya merupakan suatu rangkaian peristiwa yang kompleks. Peristiwa
tersebut merupakan suatu rangkaian kegiatan komunikasi antar manusia sehingga
manusia itu tumbuh sebagai pribadi yang utuh. Selain itu dalam dunia
pendidikan, proses belajar mengajar merupakan proses yang bisa diterapkan.
Mengajar dan belajar merupakan proses kegiatan yang tidak dapat dipisahkan.
Proses belajar mengajar yang berkembang di kelas umumnya ditentukan oleh peran
guru dan siswa sebagai individu-individu yang terlibat langsung di dalam proses
tersebut. Prestasi belajar siswa itu sendiri sedikit banyak tergantung pada
cara guru menyampaikan pelajaran pada anak didiknya. Oleh karena itu kemampuan
serta kesiapan guru dalam mengajar memegang peranan penting bagi keberhasilan
proses belajar mengajar pada siswa. Hal ini menunjukkan adanya keterkaitan
antara prestasi belajar siswa dengan metode mengajar yang digunakan oleh guru.
Pendidikan kewarganegaraan adalah ilmu yang berkenaan dengan konsep disusun
secara hierarki dan penalaran dedukatif yang membutuhkan pemahaman secara
bertahap dan berurutan. Pemahaman konsep merupakan langkah awal yang diambil
untuk melangkah pada tahap selanjutnya yaitu aplikasi dalam mempelajari konsep
pendidikan kewarganegaraan. Namun demikian siswa pada umumya belum menguasai
materi prasyarat dari konsep yang diajarkan.
Upaya mengatasi kesulitan belajar pendidikan kewarganegaraan dan meningkatkan
mutu pendidikan sekolah diantaranya adalah dengan menerapkan model pembelajaran
yang baru. Model pembelajaran adalah cara yang digunakan oleh guru dalam proses
belajar mengajar dengan berbagai variasi sehingga siswa terhindar dari rasa
bosan dan tercipta suasana yang nyaman dan menyenangkan.
Dalam interaksi belajar mengajar terdapat berbagai macam model pembelajaran
yang bertujuan agar proses belajar mengajar dapat berjalan baik. Hal ini juga
bertujuan untuk menciptakan proses belajar mengajar aktif serta memungkinkan
timbulnya sikap keterkaitan siswa untuk mengikuti kegiatan belajar mengajar
secara menyeluruh.
Perlunya dikembangkan pengajaran yang dapat membangun keaktifan siswa dalam
proses belajar mengajar adalah sebagai alternatif model pembelajaran yang baru.
Pembelajaran yang efektif tersebut harus diimbangi dengan kemampuan guru dalam
menguasai model pembelajaran dan materi yang akan diajarkan. Seiring
diberlakukannya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan diharapkan guru dapat
meningkatkan prestasi siswa khususnya pada pengajaran pendidikan
kewarganegaraan dengan berkreasi dan berinovasi menggunakan berbagai macam
strategi pembelajaran yang berkembang saat ini.
Model penyampaian masalah sangat berpengaruh terhadap keberhasilan siswa dalam
mempelajari pokok bahasan tertentu. Bisa dikatakan bahwa ini merupakan kemasan
yang dibuat untuk membungkus materi agar lebih mudah dipahami, menarik, tidak
menjenuhkan sehingga tujuan dari pengajaran yang dilakukan dapat tercapai.
Model pembelajaran biasanya dijadikan sebagai parameter untuk melihat sejauh
mana siswa dapat menerima dan menerapkan materi yang disampaikan guru dengan
mudah dan menyenangkan dengan model yang diterapkan.
Proses pengajaran yang baik adalah yang dapat menciptakan proses belajar
mengajar yang efektif dengan adanya komunikasi dua arah antara guru dengan
peserta didik yang tidak hanya menekan pada apa yang dipelajari tetapi menekan
bagaimana ia harus belajar. Salah satu alternatif untuk pengajaran tersebut
adalah menggunakan model pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS). Penerapan
model pembelajaran yang bervariasi akan mengatasi kejenuhan siswa sehingga
dapat dikatakan bahwa model pembelajaran sangat berpengaruh terhadap tingkat
pemahaman siswa.
Aktivitas belajar siswa merupakan salah satu faktor penting dalam kegiatan
belajar mengajar. Hal ini mengingatkan bahwa kegiatan belajar mengajar diadakan
dalam rangka memberikan pengalaman-pengalaman belajar pada siswa. Jika siswa
aktif dalam kegiatan tersebut kemungkinan besar akan dapat mengambil
pengalaman-pengalaman belajar tersebut. Kegiatan belajar dipandang sebagai
kegiatan komunikasi antara siswa dan guru. Kegiatan komunikasi ini tidak akan
tercapai apabila siswa tidak dapat aktif dalam kegiatan belajar mengajar.
Dengan adanya keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar kemungkinan besar
prestasi belajar yang dicapai akan memuaskan.
Model pembelajaran kooperatif belum banyak diterapkan dalam pendidikan,
walaupun orang Indonesia sangat membanggakan sifat gotong royong dalam
kehidupan bermasyarakat. Kebanyakan pengajar enggan menerapkan system kerja
sama di dalam kelas karena beberapa alasan. Alasan utama adalah kekhawatiran
bahwa akan terjadi kekacauan kelas dan siswa tidak belajar jika mereka
ditempatkan dalam grup (kelompok) (Lie, 2007: 28).
Selain itu, banyak orang mempunyai kesan negative mengenai kegiatan kerja sama
atau belajar dalam kelompok. Banyak siswa juga tidak senang apabila disuruh
untuk bekerjasama dengan yang lain. Siswa yang tekun merasa harus bekerja
melebihi siswa yang lain, sedangkan siswa yang kurang mampu merasa minder
ditempatkan dalam satu grup dengan siswa yang lebih pandai.
Model pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekedar belajar dalam kelompok.
Ada unsure-unsur dasar pembelajaran kooperatif yang membedakannya dengan
pembagian kelompok yang dilakukan asal-asalan. Pelaksanaan prosedur model
kooperatif dengan benar akan memungkinkan pendidik mengelola kelas dengan lebih
efektif. (Lie, 2007: 29).
A. Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif pertama kali muncul dari para filosofis di awal abad
Masehi yang mengemukakan bahwa dalam belajar seseorang harus memiliki pasangan
atau teman sehingga teman tersebut dapat diajak untuk memecahkan suatu masalah.
Menurut Anita Lie (2004:12), model pembelajaran kooperatif atau disebut juga
dengan pembelajaran gotong-royong merupakan sistem pengajaran yang memberi
kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam
menyelesaikan tugas-tugas yang terstruktur.
Menurut Thomson, et al (1995) dalam Karuru (2007), pembelajaran kooperatif
turut menambah unsur-unsur interaksi sosial pada pembelajaran. Di dalam
pembelajaran kooperatif siswa belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil
saling membantu satu sama lain. Kelas disusun dalam kelompok yang terdiri dari
4 atau 5 siswa, dengan kemampuan yang heterogen. Maksud kelompok heterogen adalah
terdiri dari campuran kemampuan siswa, jenis kelamin dan suku. Hal ini
bermanfaat untuk melatih siswa menerima perbedaan pendapat dan bekerja dengan
teman yang berbeda latar bela kangnya. Pada pembelajaran kooperatif diajarkan
keterampilan-keterampilan khu-sus agar dapat bekerjasama di dalam kelompoknya,
seperti menjadi pendengar yang baik, memberikan penjelasan kepada teman
sekelompok dengan baik, siswa diberi lembar kegiatan yang berisi pertanyaan
atau tugas yang direncanakan untuk diajarkan. Selama kerja kelompok, tugas
anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan (Slavin, 1995 dalam Karuru, 2007).
Roger dan David Johnson dalam buku (Anita Lie, 2007: 31) mengatakan bahwa tidak
semua kerja kelompok bisa dianggap Cooperative Learning. Untuk mencapai hasil
yang maksimal, lima unsure model pembelajaran gotong royong harus ditetapkan.
a. Saling ketergantungan positif
Dalam berkelompok, setiap orangnya pasti saling ketergantungan karena untuk
menciptakan kelompok kerja kelompok yang efektif, pengajar perlu menyusun tugas
sedemikian rupa sehingga setiap anggota kelompok harus menyelesaikan tugasnya
sendiri agar yang lain bisa mencapai tujuan mereka.
b. Tanggung jawab perseorangan
Unsure ini merupakan akibat unsure langsung dari yang pertama, jika tugas dan
pola penilaian dibuat menurut prosedur model pembelajaran kooperatif, setiap
siswa akan merasa bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik.
c. Tatap muka
Setiap kelompok harus diberi kesempatan untuk bertemu muka dan berdiskusi.
Kegiatan interaksi ini akan memberikan kepada pembelajar untuk membentuk
sinergi yang menguntungkan semua anggota.
d. Komunikasi antar anggota
Unsure ini juga agar para pembelajar dibekali dengan berbagai keterampilan
berkomunikasi. Sebelum menugaskan untuk berkelompok, pengajar perlu mengajarkan
cara-cara berkomunikasi.
e. Evaluasi proses kelompok
Teknik belajar mengajar Dua Tinggal Dua Tamu (Two Stay Two Stray) dikembangkan
oleh Spencer Kagan (1992) dan bisa digunakan bersama dengan Teknik Kepala
Bernomor. Teknik ini biasa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua
tingkatan anak usia didik. (Lie, 2007: 61)
Menurut Arend, 2004 (dalam Risnawati, 2005) menyatakan bahwa pembelajaran yang
menggunakan metode kooperatif memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
a. Siswa belajar dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi
belajarnya
b. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan
rendah.
c. Bila mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, suku, budaya dan jenis
kelamin yang berbeda-beda.
d. Penghargaan lebih berorientasi pada kelompok dari pada individu
Menurut Barba, 1995 (dalam Susanto, 1999) belajar kooperatif adalah strategi
pembelajaran kelompok kecil yang digunakan untuk:
a. Meningkatkan kemampuan akademik melalui kolaborasi kelompok
b. Memperbaiki hubungan antar siswa yang berbeda latar belakang etnik dan
kemampuannya
c. Mengembangkan keterampilannya untuk memecahkan masalah melalui kelompok
d. Mendorong proses demokrasi di kelas
Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
kooperatif merupakan metode pembalajaran yang didasarkan atas kerjasama
kelompok yang dilakukan untuk mencapai tujuan khusus. Pada pelaksanaan
pembelajaran kooperatif siswa tidak cukup hanya mempelajari materi saja, tetapi
harus mempelajari keterampilan kooperatif.
Metode pembelajaran kooperatif ini mempunyai kelebihan-kelebihan yaitu:
a. Dapat meningkatkan motivasi belajar siswa
b. Siswa dapat berkomunikasi dengan temannya
c. Dapat meningkatkan keaktifan dalam pembelajaran
d. Dapat meningkatkan pemahaman dalam prestasi belajar
Keuntungan ini akan lebih apabila dilaksanakan dalam kelas kecil atau dengan
jumlah siswanya sedikit. Lie dalam bukunya Cooperative Learning (2004:54)
mengemukakan beberapa model pembelajara kooperatif, antara lain: Mencari
Pasangan, Bertukar Pasangan, Berpikir-Berpasangan-Berempat (Think Pair-Share
and Think-Pair-Square), Berkirim Salam dan Soal, Kepala Bernomor, Kepala
Bernomor Terstruktur, Two Stay Two Stray (TSTS), Keliling Kelompok, Kancing
Gemerincing, Keliling Kelas, Lingkaran Kecil Lingkaran Besar, Tari Bambu,
Jigsaw, dan Cerita Berpasangan.
Selain itu, terdapat empat tahapan keterampilan kooperatif yang harus ada dalam
model pembelajaran kooperatif yaitu:
1. Forming (pembentukan) yaitu keterampilan yang dibutuhkan untuk membentuk
kelompok dan membentuk sikap yang sesuai dengan norma.
2. Functioniong (pengaturan) yaitu keterampilan yang dibutuhkan untuk mengatur
aktivitas kelompok dalam menyelesaikan tugas dan membina hubungan kerja sama
diantara anggota kelompok.
3. Formating (perumusan) yaitu keterampilan yang dibutuhkan untuk pembentukan
pemahaman yang lebih dalam terhadap bahan- bahan yang dipelajari, merangsang
penggunaan tingkat berpikir yang lebih tinggi, dan menekankan penguasaan serta
pemahaman dari materi yang diberikan.
4. Fermenting (penyerapan) yaitu keterampilan yang dibutuhkan untuk merangsang
pemahaman konsep sebelum pembelajaran, konflik kognitif, mencari lebih banyak
informasi, dan mengkomunikasikan pemikiran untuk memperoleh kesimpulan.
Menurut Van der Kley (dalam Sunaryanto, 1998:165) ada beberapa cara menilai
hasil belajar siswa dalam belajar kooperatif yaitu:
a. Setiap anggota kelompok mendapatkan nilai yang sama dengan nilai kelompok.
b. Setiap siswa diberi tugas atau tes perorangan setelah kegiatan belajar
kooperatif berakhir.
c. Seorang siswa atas nama kelompoknya bisa dipilih secara acak untuk
menjelaskan pemecahan materi tugas.
d. Nilai setiap anggota kelompok ditulis dan dibagi untuk mendapatkan nilai rata-rata
kelompok.
Struktur TSTS memberi kesempatan kepada kelompok untuk membagi hasil dan
informasi dengan kelompok lain, hal ini menunjukkan bahwa lima unsur proses
belajar kooperatif yang terdiri atas: saling ketergantungan positif, tanggung
jawab perseorangan, tatap muka, komunikasi antar kelompok dan evaluasi proses
kelompok dapat terlaksana. Pada saat anggota kelompok bertamu ke kelompok lain
maka akan terjadi proses pertukaran informasi yang bersifat saling melengkapi,
dan pada saat kegiatan dilaksanakan maka akan terjadi proses tatap muka antar
siswa dimana akan terjadi komunikasi baik dalam kelompok maupun antar kelompok
sehingga siswa tetap mempunyai tanggung jawab perseorangan.
B. Pembelajaran Kooperatif Model Two Stay Two Stray (TSTS)
a. Pengertian
Salah satu model pembelajaran kooperatif adalah model TSTS. “Dua tinggal dua
tamu” yang dikembangkan oleh Spencer Kagan 1992 dan biasa digunakan bersama
dengan model Kepala Bernomor (Numbered Heads). Struktur TSTS yaitu salah satu
tipe pembelajaran kooperatif yang memberikan kesempatan kepada kelompok
membagikan hasil dan informasi kepada kelompok lain. Hal ini dilakukan karena
banyak kegiatan belajar mengajar yang diwarnai dengan kegiatan-kegiatan
individu. Siswa bekerja sendiri dan tidak diperbolehkan melihat pekerjaan siswa
yang lain. Padahal dalam kenyataan hidup di luar sekolah, kehidupan dan kerja
manusia saling bergantung satu sama lainnya.
b. Ciri-ciri model pembelajaran Two Stay Two Stray
Ciri-ciri model pembelajaran TSTS, yaitu:
1. Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi
belajarnya.
2. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan
rendah.
3. Bila mungkin anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin
yang berbeda.
4. Penghargaan lebih berorientasi pada kelompok dari pada individu
c. Tujuan
Dalam model pembelajaran ini siswa dihadapkan pada kegiatan mendengarkan apa
yang diutarakan oleh temannya ketika sedang bertamu, yang secara tidak langsung
siswa akan dibawa untuk menyimak apa yang diutarakan oleh anggota kelompok yang
menjadi tuan rumah tersebut. Dalam proses ini, akan terjadi kegiatan menyimak
materi pada siswa.
Dalam model pembelajaran kooperatif TSTS ini memiliki tujuan yang sama dengan
pendekatan pembelajaran kooperatif yang telah di bahas sebelumnya. Siswa di
ajak untuk bergotong royong dalam menemukan suatu konsep. Penggunaan model
pembelajaran kooperatif TSTS akan mengarahkan siswa untuk aktif, baik dalam
berdiskusi, tanya jawab, mencari jawaban, menjelaskan dan juga menyimak materi
yang dijelaskan oleh teman. Selain itu, alasan menggunakan model pembelajaran
Two Stay Two Stray ini karena terdapat pembagian kerja kelompok yang jelas tiap
anggota kelompok, siswa dapat bekerjasama dengan temannya, dapat mengatasi
kondisi siswa yang ramai dan sulit diatur saat proses belajar mengajar.
Dengan demikian, pada dasarnya kembali pada hakekat keterampilan berbahasa yang
menjadi satu kesatuan yaitu membaca, berbicara, menulis dan menyimak. Ketika
siswa menjelaskan materi yang dibahas oleh kelompoknya, maka tentu siswa yang
berkunjung tersebut melakukan kegiatan menyimak atas apa yang di jelaskan oleh
temannya. materi kepada teman lain. Demikian juga ketika siswa kembali ke
kelompoknya untuk menjelaskan materi apa yang di dapat dari kelompok yang
dikunjungi. Siswa yang kembali tersebut menjelaskan materi yang di dapat dari
kelompok lain, siswa yang bertugas menjaga rumah menyimak hal yang dijelaskan
oleh temannya.
Dalam proses pembelajaran dengan model two stay two stray, secara sadar ataupun
tidak sadar, siswa akan melakukan salah satu kegiatan berbahasa yang menjadi
kajian untuk ditingkatkan yaitu keterampilan menyimak. Dengan menerapkan model
pembelajaran kooperatif TSTS seperti itu, siswa akan lebih banyak melakukan
kegiatan menyimak secara langsung, dalam artian tidak selalu dengan cara
menyimak apa yang guru utarakan yang dapat membuat siswa jenuh. Dengan
penerapan model pembelajaran TSTS, siswa juga akan terlibat secara aktif,
sehingga akan memunculkan semangat siswa dalam belajar (aktif).
Sedangkan tanya jawab dapat dilakukan oleh siswa dari kelompok satu dan yang
lain, dengan cara mencocokan materi yang didapat dengan materi yang
disampaikan. Dengan begitu, siswa dapat mengevaluasi sendiri, seberapa tepatkah
pola pikirnya terhadap suatu konsep dengan pola pikir nara sumber. Kemudian
bagi guru atau peneliti, menjadi acuan evaluasi berapa persenkah keberhasilan
penggunaan model pemelajaran kooperatif two stay two stray ini dalam
meningkatkan keterampilan menyimak siswa.
d. Langkah-langkah model pembelajaran Two Stay Two Stray
Adapun langkah-langkah model pembelajaran Dua Tinggal Dua Tamu (dalam Lie,
2002:60-61) adalah sebagai berikut.
a. Siswa bekerja sama dalam kelompok berempat seperti biasa.
b. Setelah selesai, dua siswa dari masing-masing kelompok akan meninggalkan
kelompoknya dan masing-masing bertamu ke kelompok yang lain.
c. Dua siswa yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja dan
informasi mereka ke tamu mereka.
d. Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka sendiri dan melaporkan temuan
mereka dari kelompok lain.
e. Kelompok mencocokkan dan membahas hasil-hasil kerja mereka
e. Tahapan-tahapan dalam model pembelajaran TSTS
Pembelajaran kooperatif model TSTS terdiri dari beberapa tahapan sebagai
berikut.
1. Persiapan
Pada tahap persiapan ini, hal yang dilakukan guru adalah membuat silabus dan
sistem penilaian, desain pembelajaran, menyiapkan tugas siswa dan membagi siswa
menjadi beberapa kelompok dengan masing-masing anggota 4 siswa dan setiap
anggota kelompok harus heterogen berdasarkan prestasi akademik siswa dan suku.
2. Presentasi Guru
Pada tahap ini guru menyampaikan indikator pembelajaran, mengenal dan
menjelaskan materi sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah dibuat.
3. Kegiatan Kelompok
Pada kegiatan ini pembelajaran menggunakan lembar kegiatan yang berisi
tugas-tugas yang harus dipelajari oleh tiap-tiap siswa dalam satu kelompok.
Setelah menerima lembar kegiatan yang berisi permasalahan-permasalahan yang
berkaitan dengan konsep materi dan klasifikasinya, siswa mempela-jarinya dalam
kelompok kecil (4 siswa) yaitu mendiskusikan masalah tersebut bersama-sama
anggota kelompoknya. Masing-masing kelompok menyelesai-kan atau memecahkan
masalah yang diberikan dengan cara mereka sendiri. Kemudian 2 dari 4 anggota
dari masing-masing kelompok meninggalkan kelompoknya dan bertamu ke kelompok
yang lain, sementara 2 anggota yang tinggal dalam kelompok bertugas
menyampaikan hasil kerja dan informasi mereka ke tamu. Setelah memperoleh
informasi dari 2 anggota yang tinggal, tamu mohon diri dan kembali ke kelompok
masing-masing dan melaporkan temuannya serta mancocokkan dan membahas
hasil-hasil kerja mereka.
4. Formalisasi
Setelah belajar dalam kelompok dan menyelesaikan permasalahan yang diberikan
salah satu kelompok mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya untuk
dikomunikasikan atau didiskusikan dengan kelompok lainnya. Kemudian guru
membahas dan mengarahkan siswa ke bentuk formal.
5. Evaluasi Kelompok dan Penghargaan
Pada tahap evaluasi ini untuk mengetahui seberapa besar kemampuan siswa dalam
memahami materi yang telah diperoleh dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif model TSTS. Masing-masing siswa diberi kuis yang berisi
pertanyaan-pertanyaan dari hasil pembelajaran dengan model TSTS, yang
selanjutnya dilanjutkan dengan pemberian penghargaan kepada kelompok yang
mendapatkan skor rata-rata tertinggi.
f. Kelebihan dan kekurangan model TSTS
Suatu model pembelajaran pasti memiliki kekurangan dan kelebihan. Adapun
kelebihan dari model TSTS adalah sebagai berikut.
a. Dapat diterapkan pada semua kelas/tingkatan
b. Kecenderungan belajar siswa menjadi lebih bermakna
c. Lebih berorientasi pada keaktifan.
d. Diharapkan siswa akan berani mengungkapkan pendapatnya
e. Menambah kekompakan dan rasa percaya diri siswa.
f. Kemampuan berbicara siswa dapat ditingkatkan.
g. Membantu meningkatkan minat dan prestasi belajar
Sedangkan kekurangan dari model TSTS adalah:
a. Membutuhkan waktu yang lama
b. Siswa cenderung tidak mau belajar dalam kelompok
c. Bagi guru, membutuhkan banyak persiapan (materi, dana dan tenaga)
d. Guru cenderung kesulitan dalam pengelolaan kelas.
Untuk mengatasi kekurangan pembelajaran kooperatif model TSTS, maka
sebelumpembelajaran guru terlebih dahulu mempersiapkan dan membentuk
kelompok-kelompok belajar yang heterogen ditinjau dari segi jenis kelamin dan
kemampuan akademis. Berdasarkan sisi jenis kelamin, dalam satu kelompk harus
ada siswa laki-laki dan perempuannya. Jika berdasarkan kemampuan akademis maka
dalam satu kelompok terdiri dari satu orang berkemampuan akademis tinggi, dua
orang dengan kemampuan sedang dan satu lainnya dari kelompok kemampuan akademis
kurang. Pembentukan kelompok heterogen memberikan kesempatan untuk saling
mengajar dan saling mendukung sehingga memudahkan pengelolaan kelas karena
dengan adanya satu orang yang berkemampuan akademis tinggi yang diharapkan bisa
membantu anggota kelompok yang lain.
g.Kesimpulan
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kelebihan model TSTS adalah
siswa lebih aktif dalam proses belajar mengajar dan pembelajaran menjadi lebih
bermakna. Kekurangan model pembelajaran TSTS adalah teknik ini membutuhkan
persiapan yang matang karena proses belajar mengajar dengan model
TSTSmembutuhkan waktu yang lama dan pengelolaan kelas yang optimal. Selain itu
berdasarkan hasil pembahasan di atas, dapat disarankan bahwa dalam menerapkan
model Two Stay Two Stray hendaknya disesuaikan dengan materi yang akan
diajarkan oleh guru. Bagi guru selanjutnya disarankan agar tidak hanya menilai
hasil belajar tapi juga menilai segala aktivitas atau keaktifan setiap siswa
dalam melaksanakan langkah-langkah model ini.
---------------------------------------------------------------------------------------------------------
Jika artikel ini bermanfaat tolong komentarnya dan jangan lupa klik iklan
dibawah ini sebagai donasi tanda terimakasihmu.
sekian semoga bermanfaat :)